Kemandulan pada Pria, Bagaimana Mencegahnya?



Selama ini bila sepasang suami istri tidak mampu memiliki keturunan, tak jarang pihak istrilah yang dipersalahkan. Ia dianggap sebagai pihak yang mandul sehingga tidak mampu melahirkan keturunan. Padahal, problem kemandulan bukanlah monopoli kaum wanita.

Para pria pun bisa mengalaminya. Seperti dijelaskan Prof Dr H Oentoeng Soeradi, biolog sekaligus guru besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), banyak faktor yang menjadi penyebab terganggunya proses pembentukan sperma hingga mengakibatkan kemandulan pada pria. Apa sajakah itu?
Salah satunya adalah kebiasaan menggunakan celana dalam yang sangat ketat. Menurut Oentoeng, penggunaan celana dalam yang terlampau ketat menyebabkan suhu di sekitar testis meningkat. Dan peningkatan suhu itu akan mengikat hormon pembentuk sperma. Beberapa hormon tertentu, sebut saja misalnya testosteron, FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone) berperan besar dalam pembentukan sperma. "Bila kebutuhan hormon-hormon ini tak terpenuhi, sperma tak dapat terbentuk dalam jumlah dan kondisi yang sehat."
Penyakit-penyakit tertentu juga patut diwaspadai. Misalnya saja, infeksi pada kelenjar air ludah (gondongan). Penyakit ini menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Dan suhu tubuh yang tinggi dapat mengganggu proses pembentukan sperma dalam testis. Tak hanya itu. Pria yang suka berendam di air panas, sebaiknya juga mulai berpikir untuk menghentikan kebiasaan ini. Mengapa begitu? Sebab, suhu air yang terlampau panas dan melebihi suhu tubuh dapat memperlemah kemampuan testis dalam memproduksi sperma. 
Begitu pun dengan para pria yang sehari-hari bekerja berdekatan dengan kompor atau tungku pembakaran. Kata Oentoeng, para pekerja seperti ini rentan terhadap masalah kemandulan. "Pada dasarnya testis tidak tahan terhadap panas yang melebihi suhu tubuh. Bila testis terkena panas yang melebihi suhu tubuh, dia tidak akan dapat berfungsi untuk menghasilkan sperma yang baik," jelas Koordinator Jurusan Ilmu Alam Dasar Kedokteran FKUI ini.
Lebih jauh ia menjelaskan, proses perlindungan testis dari panas yang berlebihan sebenarnya telah terjadi secara alamiah sejak janin berada dalam kandungan ibu. Saat masih berupa embrio, testis berada dalam rongga perut. Sebelum lahir, yaitu selama perkembangan janin, testis akan turun dalam skrotum (kantung pelir) yang memiliki suhu di bawah suhu tubuh. Asal tahu saja, suhu dalam kantung testis ini lebih kurang 33-34 derajat Celcius. Suhu yang rendah penting untuk melindungi testis janin dari panas yang berlebihan.
Dengan suhu di bawah suhu tubuh, testis dapat berfungsi secara optimal. Pengaturan suhu dilakukan oleh skrotum melalui kelenjar keringat dan otot polos yang mampu menebal dan menipis sesuai dengan suhu lingkungan. Sebaliknya, bila testis janin tidak turun dalam skrotum, maka testis akan mengalami panas yang berlebihan saat bayi lahir. Akibatnya, kelak ia tidak mampu menghasilkan sperma yang bisa berfungsi dengan baik.