BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era kompetitif, semua negara berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas yang mampu mengelola sumber daya alam secara efektif dan efisien. Dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, produtivitas negara akan meningkat, dan pada akhirnya diharapkan akan mampu meningkatkan daya saing dan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
dilaksanakan secara dinamis dan berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan berbagai faktor yang berkaitan dengannya, dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
dilaksanakan secara dinamis dan berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan berbagai faktor yang berkaitan dengannya, dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan nasional, pemerintah telah melakukan berbagai upaya seperti halnya pengembangan dan penyempurnaan kurikulum, pengembangan materi pembelajaran, perbaikan sistem evaluasi, pengadaan buku dana alat-alat pelajaran, perbaikan sarana prasarana pendidikan, peningkatan kompetensi guru, serta peningkatan mutu pimpinan sekolah. Hal ini menyangkut kurikulum, metode, media pengajaran, materi pengajaran, kualitas pengajar, evaluasi pembelajaran, dan lain sebagainya sehingga tercipta sistem pengajaran yang baik dan berorientasi ke masa depan.
Evaluasi pembelajaran sangatlah penting dalam setiap program kegiatan, baik program pendidikan maupun non pendidikan, seharusnya diikuti dengan kegiatan evaluasi. Evaluasi dilakukan bertujuan untuk menilai apakah suatu program terlaksana sesuai dengan perencanaan dan mencapai hasil sesuai yang diharapan atau belum. Berdasarkan hasil evaluasi akan dapat diketahui hal-hal yang telah dicapai, apakah suatu program dapat memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Setelah itu kemudian diambil keputusan apakah program tersebut diteruskan, direvisi, dihentikan, atau dirumuskan kembali sehingga dapat ditemukan tujuan, sasaran dan alternatif baru yang sama sekali berbeda dengan format sebelumnya. Agar dapat menyusun program yang lebih baik, maka hasil evaluasi program sebelumnya dapat dijadikan sebagai acuan pokok.
Evaluasi program pembelajaran merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil pembelajaran. Menghaluskan angka mentah merupakan bagian dari evaluasi pembelajaran. Makalah ini memfokuskan terhadap menghaluskan angka mentah serta apa saja yang berkaiatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, ada beberapa masalah yang dapat di rumuskan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana angka mentah dikaitkan dengan skala nilai ideal?
1.2.2 Bagaimana cara membandingkan dengan skor rata-rata kelompok?
1.3 Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah di atas dapat di uraikan kembali tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana angka mentah dikaitkan dengan skala nilai ideal.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana cara membandingkan dengan skor rata-rata kelompok.
1.4 Manfaat
Dari uraian di atas dapat di kemukakan beberapa manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu:
1.4.1 Agar menambah pengetahuan mahasiswa tentang angka mentah dikaitkan dengan skala nilai ideal.
1.4.2 Agar menambah pengetahuan mahasiswa tentang cara membandingkan dengan skor rata-rata kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dikaitkan dengan skala nilai ideal
Rentangan skala nilai yang biasa digunakan di lembaga pendidikan adalah:
1. Nilai 0-
2. Nilai 1-
3. Nilai 0-
Rumus yang digunakan untuk menghaluskan angka mentah :
NA
|
SMT
SMT
|
X NI
|
Dimana :
NA = nilai akhir yang dicari
SH = skor akhir skor siswa
SMT = skor mentah tertinggi bila semua soal dijawab dengan benar
NI = nilai ideal dalam skala nilai yang digunakan
Penerapan rumus
Misalnya seorang siswa bernama Agung Mahendra Wardhana, dalam ujian yang terdiri dari 100 butir soal yang memperoleh skor 75. Bila semua butir soal dijawab dan benar maka skor tertinggi adalah 100.
Penggunaan rumus tersebut bila dikaitkan dengan skala nilai :
1. 0-10, maka nilai Agung MW, adalah :
= 7,5 atau = 8 (dibulatkan)
2. 1-100, maka nilai Agung Mw, adalah :
Adalah
= 75 = 75%
3. 0 – 4, maka nilai Agung MW,
Adalah =
= 3 cara
2.2 Membandingkan dengan skor rata-rata kelompok
Prinsip dasar cara ini adalah seorang siswa dinyatakan atau tidak senantiasa dibandingkan dengan kepandaian siswa-siswa lain dalam kelompoknya. Kedudukan kepandaian seorang siswa dalam kelompok itu dalam statistik dinyatakan dalam simpangan baku, sedangkan kepandaian kelompok dinyatakan dalam angka rata-rata. Karena itu untuk bisa merubah skor mentah menjadi nilai akhir haruslah dihitung terlebih dahulu angka rata-rata (X) dan simpangan bakunya (S).
Menghitung X dan S, telah dijelaskan dalam Bab VI.
1. Menggunakan tabel konversi
a. Skala ini 1-10
b. Faktor ketetapan sebagai actor yang dikalikan dengan standar deviasi. Sebagai ketetapan adalah angka : + 2,25 s/ 2,25 dengan selisih 0,50.
Ada beberapa indikator tersebut ditulis dalam suatu rumur adalah :
Nilai standard =
|
- Konsentrasi X Standar
deviasi
|
Penerapan penggunaan tabel konversi.
Tabel 1. Skor hasil tes dari 15 orang siswa sebagai berikut :
No
|
Nama
|
Skor
|
No
|
Nama
|
Skor
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Gianto
Lilik
Tutik
Eny
Arif
Nani
Agung
Setyo
|
12
8
7
16
6
2
20
10
|
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
|
Herry
Asih
Sugio
Devi
Askan
Emilia
Widuri
|
8
1
4
10
8
6
2
|
Skor-skor tersebut diatas setelah dihitung ditemukan :
X = 8
S = 5,02
Skala
|
Skala Sigma
|
Penyelesaian Menghitung
|
Dibulatkan
|
10.
9.
8.
7.
6.
5.
4.
3.
2.
1.
|
X + (2,25.S)
X + (1,75.S)
X + (1,25.S)
X + (0,75.S)
X + (0,25.S)
X + (-0,25.S)
X + (-0,75.S)
X + (-1,25.S)
X + (-1,75.S)
X + (-2,25.S)
|
8 + (2,25 X 5,02) = 19,30
8 + (1,75 X 5,02) = 16,79
8 + (1,25 X 5,02) = 14,28
8 + (0,75 X 5,02) = 11,77
8 + (0,25 X 5,02) = 9,26
8 + (-0,25 X 5,02) = 6,75
8 + (-0,75 X 5,02) = 4,24
8 + ((-1,25 X 5,02) = 1,73
8 + (-1,75 X 5,02) = -0,79
8 + (-2,25 X 5,02) = -3,30
|
19
17
14
12
9
7
4
2
-
-
|
Agar guru dapat menghaluskan skor tes 15 siswa tersebut diatas, maka hasil perhitungan skor mentah yang dibulatkan disusun dalam suatu rentangan skor.
Tabel 2. Tabel Rentangan Skor
No
|
Nama
|
Skor
|
Nilai
|
No
|
Nama
|
Skor
|
Nilai
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Gianto
Lilik
Tutik
Eny
Arif
Nani
Agung
Setyo
|
12
8
7
16
6
2
20
10
|
7
5
5
8
4
3
10
6
|
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
|
Herry
Asih
Sugio
Devi
Askan
Emilia
Widuri
|
8
1
4
10
8
6
2
|
5
2
4
6
5
4
3
|
2. Manggunakan nilai standard Z
Nilai standard Z mempunyai arti penting untuk membandingkan angka-angka dari beberapa variable, dengan pengubahan skor-skor tersebut bila dibandingkan dengan rata-rata skor kelompoknya. Apakah skor itu terletak diatas rata-rata kelompok atau dibawahnya. Untuk pengolahan nilai standard Z ini mean atau rata-rata dinyatakan = 0 (nol).
Terapan Rumus Z Skor
Misalkan nilai ujian seorang murid yang bernama Gianto untuk mata pelajaran :
- Lompat tinggi 188 cm
- Angkat besi 65 kg
- Lari 100 m 13 detik
Dengan melihat keadaan hasil ujian seperti tersebut diatas Guru belum dapat menentukan bagaimankah kedudukan nilai Gianto terhadap teman-teman, agar Guru dapat mengetahui kepandaian Gianto. Jika dibandingkan dengan teman-temannya sekelompoknya perlu diketahui berapa besarnya mean (X) atau rata-rata dan standar deviasi dari skor mata ajaran itu.
Misalnya setelah dihitung mean dan standar deviasinya secara statistika diperoleh Mean dan standar deviasi sebagai berikut :
Mata Ajaran
|
Skor
|
X
|
S
|
Keterangan
|
L.tinggi
Angkat besi
L. 100 meter
|
188 cm
65 kg
13 dt
|
185 cm
68 cm
12 dt
|
3,0
2,0
1,5
|
Jumlah siswa
|
Selanjutnya skor Gianto dbandingkan dngan mean masing-masing, sehingga dapat diketahui bagaimana keddudukan nilai Gianto untuk masing-masing ajaran itu terhadap keompoknya.
Dengan menggunakan rumus di atas baru dapat menjabarkan atau mengubah skorskor Gianto menjadi nilai standar Standar Z, untuk masing-masing skor sebagai berikut :
Dengan memperhatika nilai Z atas guru dapat mengadakan bahwa kedudukan Gianto untk mata-mata ajaran tersebut:
Lompat tinggi : Z + 1.00 S. di atas x (rata-rata)
Angkat besi : - 1.50 S di bawah x (rata-rata)
Lari 100 m : Z = 0,67 dibawah x (rata-rata)
*) Untuk lari 100 yang diukur dengan kecepatan, maka tanda negative (-) dbalk menjadi positif ( +) atau sebaliknya , karena kecepatan makin tinggi sor waktunya makin kecil. Kedudukan ini aan lebih akan lebih jelas akan dihubungkan dengan Curve Normal sebagai berikut:
-3,00 -2,00 -1,00 1,00 2,00 3,00
Ada dua orang siswa yang memiliki skor hasil tes untuk tiga mata ajaran sebagai berikut:
No Urut
|
Nama
|
Mata Ajaran
|
X
|
X
|
S
|
1.
2.
|
Gianto
Arif
|
Lompat tinggi
Angkat besi
Lari 100 m
Lompat tinggi
Angkat besi
Lari 100 m
|
188 cm
68 kg
13 dt
185 cm
70 kg
11 dt
|
185 cm
68 kg
12 dt
|
3.00
2.00
1.50
|
Atas dasar ( X ) dan ( S ) di atas guru akan memilih siapa di antara Gianto Arif mana yang lebih pandai. untuk dapat menjawab maka skor mentah tersebut harus di ubah menjadi niai standard Z (zet).
Penyelesaian sebagai berikut :
1. Gianto :
2. Arif :
*= khusus untu skor waktu
Untuk penerapa rumus tersebut dapat digunakan contoh sebagai berikut: misalnya seorang memperoleh skor 188 cm untuk ujian lompat tinggi sedangkan x = 185 cm dan SD-NYa = 3.00. atas data tersebut di atas dapat dihitung beberapa nilai lulus dari siswa tersebut:
Penerapan T-score
Untuk penggunaan rumus tersebut dapat digunakan contoh sebagai berikut: misalnya seorang memperoleh skor 188 cm untuk ujian lompat tinggi sedangkan x =185 cm dan SD-nya = 3,00. Atas dasar tersebut di atas dapat dihitung beberapa nilai lulus dari siswa tersebut:
Penerapan berikut :
Bila diterapkan pada data Gianto dan Arif adalah sebagai berikut :
Gianto :
a. Untuk lompat tinggi dengan skor : 188. Maka :
b. Untuk angkat besi dengan skor : 65, maka :
c. Untuk lari 100 meter dengan skor 13 detik, maka :
Jumlah nilai Gianto = 60 + 35 + 33
= 128
Arif :
a. Untuk lompat tinggi dengan skor 185, maka :
b. Untuk angkat besi dengan skor 70, maka :
c. Untuk lari 100 meter, dengan skor 11 detik, maka :
Jumlah nilai arif = 50 + 60 + 67
= 177
Atas dasar nilai tersebut di atas dapat dsimpulkan bahwa Arif dengan nilai 177 lebih padai dari pada Gianto debgan nilai 128.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari uraian tersebut di atas, yaitu menghaluskan angka mentah merupakan bagian dari evaluasi pembelajaran, dimana angka mentah itu sangat penting dalam evaluasi pembelajaran serta dapat dikaitkan dengan skala nilai ideal dan bisa digunakan atau dibandingkan dengan skor rata-rata kelompok.
3.2 SARAN
Saran dari saya kepada seluruh pembaca adalah lebih giat lagi mempelajari tentang evaluasi pembelajaran terutama menghaluskan angka tengah karena hal tersebut akan sangat berguna kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Artanayasa, I Wayan. 2009. BUKU AJAR EVALUASI PENGAJARAN PENDI-
DIKAN JASMANI DAN KESEHATAN, Singaraja.