BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini
perkembangan teori-teori tentang bagaimana siswa belajar, berkembang bermacam-macam paket atau
media belajar, ditemukannya metode-metode belajar baru, telah mendorong para
pendidik untuk mencari pendekatan baru dalam mengembangkan sistem dan desain instruksional. Pendekatan baru
ini didasarkan atas kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu
hal yang sangat kompleks, terdiri atas banyak komponen yang satu sama lain
harus bekerja bersama secara baik untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Diterapkan kepada kegiatan pendidikan, konsep pendekatan
sistem pada hakekatnya adalah proses untuk menemukan suatu cara untuk
memecahkan masalah pendidikan dan mencari alternatif pemecahannya. Pengembangan
sistem pembelajaran (instruksional) merupakan salah satu bentuk pembaharuan
sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka pembaharuan sistem
pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih serasi dengan
tuntutan kebutuhan masyarakat, serasi pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Tujuan utama meningkatkan produktivitas dan efisiensi proses
pembelajaran.
Untuk memahami hal tersebut berbagai model pengembangan
sistem instruksional telah dikembangkan dewasa ini, berikut akan diuraikan
mengenai definisi, dasar-dasar dan model pengembangan sistem instruksional serta
tujuan dan fungsi pengembangan instruksional dan dalam makalah ini akan dijelaskan
secara lebih terperinci mengenai pengembangan sistem instruksional.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, ada
beberapa masalah yang dapat di rumuskan sebagai berikut:
1.2.1
Apa pengertian dan macam pola-pola instruksional?
1.2.2
Apa saja
model-model pengembangan instruksional?
1.2.3
Bagaimana tujuan dan fungsi pengembangan
instruksional?
1.3 Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah di atas dapat di uraikan kembali tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1.3.1
Untuk mengetahui pengertian dan macam pola-pola
instruksional.
1.3.2
Untuk mengetahui model-model pengembangan instruksional.
1.3.3
Untuk mengetahui bagaimana tujuan dan fungsi
pengembangan instruksional.
1.4 Manfaat
Dari uraian di atas dapat di kemukakan beberapa manfaat
dari pembuatan makalah ini yaitu:
1.4.1
Agar menambah pengetahuan mahasiswa tentang
pengertian dan macam pola-pola instruksional.
1.4.2
Agar menambah pengetahuan mahasiswa tentang model-model
pengembangan instruksional.
1.4.3
Agar menambah pengetahuan mahasiswa tentang
bagaimana tujuan dan fungsi pengembangan instruksional.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 POLA-POLA INSTRUKSIONAL
Aplikasi
praktis teknologi mempengaruhi bidang pendidikan dalam berbagai macam bentuk.
Adanya bermacam-macam komponen sistem atau pola-pola instruksional merupakan
bentuk pengaruh yang nyata dalam suatu pendidikan. Instruksional itu sendiri
merupakan suatu pembelajaran
atau perintah dari bahan instruksi (perintah atau pelaksanaan kurikulum),
sedangkan sistem Instruksional merupakan suatu kesatuan yang terorganisir yang
terdiri atas sejumlah komponen yang saling berinteraksi satu sama lain dalam
usaha mencapai tujuan yang di inginkan.
Pada
umumnya, pola instruksional telah kita ketahui dimana dosen/guru mempunyai
kedudukan sebagai satu-satunya sumber belajar dalam sistem instruksional.
Dimana dosen/guru memegang kontrol dan kendali sepenuhnya dalam menempatkan isi
dan metode belajar serta terkadang juga menilai kemajuan belajar
mahasiswa/siswa.
Seiring
berkembangnya waktu, pola isntruksional ini mulai terpengaruhi dengan adanya standarisasi terhadap segi masukan dalam
sistem instruksional serta adanya pengaruh perkembangan teknologi yang pada
awalnya didukung oleh peralatan atau instrumentasi dan makin majunya ilmu
pengetahuan berakibat setiap generasi penerus harus belajar lebih banyak untuk
menjadi manusia terdidik.
Disamping mulai disadari bahwa
standarisasi pada masukan belum dapat menjamin hasil yang baik, kecenderungan
dalam perguruan tinggi menggunakan sistem belajar secara mandiri dalam program
yang terstruktur. Sumber yang digunakan berupa media yang dipersiapkan secara
khusus oleh para dosen yang berinteraksi dengan mahasiswa secara tidak langsung
melalui media. Dimana dosen kelas dan dosen media saling berinteraksi dengan
mahasiswa berdasarkan satu tanggung jawab bersama. berikut penggambaran hal
tersebut:
Dosen Dengan
Alat
Audio Visual
Tujuan Penetapan Isi Mahasiswa
dan Metode
Dosen
Media
Bagan 1. Pola
Instruksional Adanya Tanggung Jawab Bersama Antara Dosen dan Media
Seiring meningkatnya kebutuhan
secara kuantitatif maupun kualitatif, sumber berupa guru/dosen semakin terbatas
akibat meningkatnya tuntutan professional terhadap dosen dan semakin
berkembangnya lapangan kerja yang memberikan jaminan hidup yang lebih baik.
Keadaan ini dapat kita atasi dengan cara menempatkan dosen untuk mempersiapkan
bahan pengajaran yang lengkap secara sistematis dan terprogram dalam bentuk
modul atau paket guna keperluan belajar mandiri lainnya. Dengan demikian
kehadiran dosen dapat sepenuhnya digantikan oleh media yang diciptakan, hal ini
disebut dengan dosen media. Berikut penggambaran pola yang dimaksud:
Tujuan Penetapan Isi Dosen Media
Mahasiswa
dan Metode
Bagan 2. Pola
Instruksional Dengan Media
Selain pola-pola diatas yang
mempengaruhi pembelajaran instruksional pendidikan, ada beberapa hal yang
berpengaruh terhadap proses pendidikan, hal tersebut yaitu:
Ø
Isi
kurikulum tidak hanya ditentukan oleh ahli bidang studi saja, melainkan
ditentukan secara bersama dengan ahli pengembang bahan dan sistem
instruksional.
Ø
Pola
instruksional tidak hanya didasarkan pada interaksi dosen dengn mahasiswa,
melainkan ada yang berinteraksi dengan media/dosen media.
Ø
Bukan
hanya evaluasi kemajuan belajar tetapi evaluasi pengajaran merupakan hal
penting yang perlu dilakukan.
Ø
Evaluasi
kemajuan belajar bukan ditangan dosen sepenuhnya tetapi berada dalam media,
Karena adanya pengajaran melalui media dan kemajuan belajar termasuk kesatuan
dengan bahan pengajaran.
Ø
Peranan
dosen akan mengalami perubahan karena dosen tidak lagi memegang kendali penuh
di dalam kelasnya.
Ø
Biaya
tidak akan bertambah secara linear sesuai dengan perkembangan saran pendidikan.
Ø
Tempat
berlangsungnya proses belajar mengajar tidak hanya terbatas pada gedung
sekolah, tetapi dalam situasi lingkungan yang lebih memungkinkan.
2.2 MODEL-MODEL
PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL
Ada beberapa model dalam pengembangan instruksional, yaitu seperti:
model pengembangan instruksional Briggs, Banathy, PPSI, Kemp, Gerlach dan Ely, serta IDI dan lain sebagainya.
Berikut penjelasan tentang model-model pengembangan instruksional di atas:
a.
Model
pengembangan instruksional Briggs
Model ini dikembangkan oleh Briggs, diman berorientasi pada rancangan
sistem dengaan sasaran dosen atau guru yang akan bekerja sebagai perancang
kegiatan instruksional yang susunan anggotanya meliputi: dosen, administrator,
ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media dn perancang instruksional. Untuk
tim perancang memiliki langkah-langkah pentahapan yang lebih lengkap daripada
dosen/guru sebagai perancang program instruksional secara individual.
Dalam pengembangan instruksional Briggs ada beberapa hal yang berpengaruh
dan perlu dilakukan, yaitu: Identifikasi kebutuhan, penyusunan garis besar
kurikulum, perumusan tujuan, analisis tujuan, penyiapan evaluasi hasil belajar,
menentukan jenjang belajar, penentuan kegiatan belajar, pemilihan media yang
sesuai, perencanaan kegiatan belajar, pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dan
pelaksanaan evaluasi belajar.
b.
Model
Bela H. Banathy
Pengembangan model instruksional Bela H. Banathy ini meliputi hal-hal
sebagai berikut: Merumuskan tujuan, mengembangkan tes, menganalisis kegiatan
belajar, mendesain sistem instruksional, melaksanakan kegiatan dan mengetes
hasil, serta mengadakan perbaikan.
c.
Model
PPSI
Model ini digunakan sebagai metode penyampaian dalam rangka kurikulum
1975 untuk SD, SMP, dan SMA, dan kurikulum 1976 untuk sekolah-sekolah kejuruan.
PPSI (Prosedur pengembangan system instruksional) menggunakan pendekatan sistem
yang mengutamakan adanya tujuan yang jelas, sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI
ini menggunakan pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Berikut hal-hal yang
dilakukan dalam model PPSI, yaitu: Perumusan tujuan, pengembangan alat
evaluasi, menentukan kegiatan belajar dan materi pelajaran, merencanakn program
kegiatan serta melaksanakan program.
d.
Model
Kemp
Model pengembangan instruksional menurut Kemp (1977) atau biasa disebut
dengan desain instruksional terdiri dari delapan langkah, yaitu: 1) Menentuka
tujuan instruksional umum, 2) Membuat analisis tentang karakteristik siswa, 3)
Menentukan tujuan instruksional, 4) Menentukan materi, 5) Menetapkan pengajaran
awal, 6) Menentukan strategi belajar-mengajar yang sesuai dengan tujuan
instruksional khusus, 7) Mengkoordinasikan sarana penunjang yang diperlukan dan
8) Mengadakan evaluasi.
e.
Model
pengembangan Gerlach dan Ely
Model pengembangan Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai pedoman
perencanaan mengajar. Pengembangan system ini meliputi sepuluh unsur yaitu:
Merumuskan tujuan, menentukan isi materi, menurut kemampuan awal, menentukan
teknik dan strategi, pengelompokan belajar, menentukan pembagian waktu, menentukan
ruang, memilih media instruksional yang sesuai, mengevaluasi hasil belajar sert
menentuka umpan balik.
f.
Model
IDI (Instructional Development Institute)
Pengembangan model IDI ini seperti model-model yang lain, menerapkan
prinsip-prinsip pendekatan sistem. Ada tiga tahapan besar pendekatan sistem
yaitu, penentuan (define),
pengembangan (develop) dan evaluasi (evaluate) tetapi ketiga tahapan tersebut
dihubungkan dengan umpan balik (feedback)
untuk mengadakan revisi. Selanjutnya tiap tahapan tersebut terbgi lagi menjadi
tiga fungsi/langkah sehingga menjadi Sembilan fungsi/langkah, berikut
langkah-langkah yang dimaksud, yaitu:
-
Tahap
penentuan meliputi: Identifikasi masalah, analisis latar dan pengelolaan.
-
Tahap
pengembangan meliputi: Identifikasi tujuan, penentuan metode dan penyusunan
prototip.
-
Tahap
Penilaian meliputi: Tes uji coba, analisis hasil dan implementasi
2.3
TUJUAN DAN FUNGSI PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL
Pada hakikatnya proses belajar-mengajar merupakan suatu sistem yang
terdiri dari berbagai komponen yang saling berinteraksi dan bekerjasama secara
terpadu dan harmonis dalam mencari suatu tujuan dari belajar-mengajar itu
sendiri. Jika salah satu komponen tidak berfungsi, maka seluruh sistem belajar-mengajar
akan terganggu, sehingga tujuan dari belajar-mengajar tidak dapat tercapai
secara maksimal.
Jika ditinjau secara teknologi pendidikan, pada hakikatnya pengembangan
instruksional merupakan suatu teknik pengelolaan dalam pemecahan
masalah-masalah instruksional, dalam rangka meningkatkan efektivitas
belajar-mengajar. Maksud dari pengembangan instruksional adalah cara dalam
mencari pemecahan-pemecahan masalah instruksional yang meliputi kegiatan
perencanaan, pengembangan, dan evaluasi terhadap komponen-komponen
instruksional dalam rangka menghasilkan sistem instruksional yang efektif untuk
memperbaiki situasi pengajaran dan pendidikan.
Pada umumnya, pengembangan instruksional berisi kegiatan pokok yang
saling melakukan interaksi umpan balik, yaitu:
Ø
Kegiatan
menentukan masalah instruksional dan mengorganisasi alat untuk pemecahan
masalah instruksional yang ada.
Ø
Kegiatan
menganalisis dan mengembangkan pemecahan masalah instruksional.
Ø
Kegiatan
evaluasi pemecahan masalah instruksional.
Ketiga kegiatan tersebut satu sama lain saling berinteraksi dan memiliki
umpan balik, dalam rangka menghasilkan sistem instruksional yang efektif. Pada
umumnya setiap kegiatan memiliki tujuan dan fungsi, demikian pula dengan
pengembangan instruksional. Sesuai definisi dari pengembangan instruksional,
tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan sistem instruksional yang efektif
dalam rangka perbaikan pengajarn pendidikan. Sedangkan tujuan khususnya antara
lain, yaitu:
Ø
Untuk
mengidentifikasi masalah-masalah instruksional serta mengorganisasi alat
pemecahan masalah tersebut.
Ø
Untuk
menghasilkan strategi belajar-mengajar yang efektif dalam rangka perbaikan
pengajaran dan pendidikan.
Ø
Untuk
menghasikan perencanaan instruksional yang efektif dalam rangka perbaikan
pengajaran dan pendidikan.
Ø
Untuk
menghasilkan evaluasi belajar-mengajar yang efektif dalam rangka perbaikan
pengajaran dan pendidikan.
Ø
Untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
Ø
Untuk
mengidentifikasi alt dan media yang cocok dan sesuai dengan tujuan
instruksional dalam proses belajar mengajar.
Ø
Untuk
menentukan dan mengidentiikasi materi pengajaran yang cocok, agar
belajar-mengajar dapat berjalan efektif.
Sedangkan fungsi dari pengembangan instruksional dalam belajar mengajar
yaitu:
-
Sebagai
pedoman bagi guru/dosen dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, dalam
rangka perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.
-
Sebagai
pedoman guru dalam mengambil keputusan instruksional, meliputi:
mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik, menentukan tujuan
instruksional, menentukan strategi belajar mengajar, menentukan materi
pelajaran, menentukan media/alat peraga, menentukan evaluasi pengajaran dan
lain sebagainya.
-
Sebagai
alat pengontrol/evaluasi, sesuai antara perencanaan instruksional dengan
pelaksanaan belajar-mengajar.
-
Sebagai
balikan (Feed back) bagi guru tentang
keberhasilan pelaksanaan belajar-mengajar, dalam rangka melakukan perbaikan
pengajaran dan pendidikan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari uraian
tersebut di atas, yaitu pola instruksional menempatkan dimana
dosen/guru mempunyai kedudukan sebagai satu-satunya sumber belajar dalam sistem
instruksional tetapi seiring berkembangnya waktu, pola isntruksional ini mulai
menggunakan sumber berupa
media yang dipersiapkan secara khusus oleh para dosen/guru.
Ada beberapa model dalam pengembangan instruksional, yaitu seperti:
model pengembangan instruksional Briggs, Banathy, PPSI, Kemp, Gerlach dan Ely, serta IDI.
Pengembangan instruksional memiliki tujuan dan fungsi, yaitu: Tujuan
utamanya adalah untuk menghasilkan sistem instruksional yang efektif dalam
rangka perbaikan pengajaran pendidikan. Sedangkan fungsi dari pengembangan
instruksional dalam belajar mengajar yaitu: Sebagai pedoman bagi guru/dosen
dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, pedoman dalam mengambil keputusan
instruksional, Sebagai alat pengontrol/evaluasi dan sebagai balikan (Feed back) bagi guru tentang
keberhasilan pelaksanaan belajar-mengajar.
3.2 SARAN
Saran dari saya kepada
seluruh pembaca adalah lebih
banyak menambah buku-buku atau pembelajaran tentang pengembangan instruksional
serta agar lebih mendalami lagi tentang hal tersebut, karena hal tersebut akan
membantu kita dalam mengatasi masalah-masalah tentang pengembangan
instruksional itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz. 2011. Tentang Pengertian Model Instruksional dan
Siatem Instruksional
dalam http://uehdud.wordpress.com/2011/11/02/pengertian-model-ins-
truksional-dan-sistem-instruksional/ di akses pada 8 Oktober 2014 Pukul
18.05 Wita.
Drs. Harjanto.
1999/2000. Perencanaan pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
1 comments:
Bonus Cashback 10% | Bonus Rollingan 0.8% | Bonus Deposite 10% | Bonus Member Baru 50%
ARTIKEL SLOT
ARTIKEL POKER
DAFTAR SLOT
DAFTAR POKER
SLOT VAVA
AGEN PLAYTECH
AGEN SLOT GAME
AGEN JOKER123
MABAR99
AGEN POKER ONLINE
BANDAR CEME
AGEN OMAHA
SLOTACE333